11 Maret 2010

LAPORAN FIELDTRIP MPT. PERKEBUNAN DAN INDUSTRI

LAPORAN FIELDTRIP
MPT. PERKEBUNAN DAN INDUSTRI

Budidaya Tanaman Kopi dan Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XII Jember, Jawa Timur



OLEH:
LUGAS EDI MUSTAFA
08710017

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2009


PENDAHULUAN
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu kmoditi perkebunan di Indonesia yang memiiki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Salah satu pendapatan Negara maupun rakyat Indonesia bergantung dari komoditi kakao. Sesuai dengan teori yang ada Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar.
Dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Naungan tersebut berfungsi sebagai pelindung agar tidak terkena terik panas sinar matahari langsung. Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 6 LU – 11 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Namun setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu, sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu, persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao demi menhasilkan produksi kakao yang maksimal.
Tentunya sebagai pelaku dalam dunia petanian, kakao sangat penting untuk dikembangkan terutama di Negara Indonesia. Karena kakao dan kopi merupakan salah satu komoditi Indonesia yang masuk dalam daftar perkebunan penelitian yakni Pusat Penelitian Kakao dan Kopi. Kakao di Indonesia masuk paa zaman penjajahan belanda yang kemudian menjadi Perkebunan Rakyat (PR). Luas perkebuna kaka di Indonesia mencakup 750.000 Ha, dimana 90% termasuk dalam perkebuna rakyat.


HASIL KEGIATAN FIELDTRIP
Budidaya Kakao(Theobroma cacao, L.)
Sesuai dengan hasil kegiatan fieldtrip, disini praktikan melakukan pengamatan dilapang yaitu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yang letaknya di Jember JawaTimur. Pusat penelitian kopi dan kakao tersebut milik Negara yang termasuk dalam PT.Perkebunan Nusantara XII. Pengamatan yang dilakukan Mulai dari persiapan budidaya hingga pegolahan hasil panen kakao.

Persiapan budidaya kakao
Dalam persiapan budidaya, kakao harus diberi tanaman penaung. Tanaman penaung bias berupa tanaman lamtoro maupun tanaman kelapa. Namun mayoritas yang digunakan dalam tanaman penaung di pusat penelitian kopi dan kakao jember adalah lamtoro. Penaung dibuat berlorong, dimana lorongnya digunakan untuk penanaman kakao. Hal ini karena kakao mendapat sinar matahari optimal mulai jam 11 hingga jam 1 siang. Jarak yang digunkan dalam tanaman penaung yakni 3cm x 3cm. lahan disiapkan berdasarkan prinsip N-1 yang artinya pengolahan lahan beserta penaungnya dan lain-lain dipersiapkan pada satu tahun sebelum tanaman kakao mulai ditanam. Benih yang hendak ditanam dapat diperoleh secara vegetative maupun generative. Benih siap ditanam setelah benih berumur 6 bulan. Kapasitas jumlah benih dalam 1Ha sebanyak 1100 pohon ditambah dengan cadangan sebanyak 5%. Jadi julah bnih yang diperlukan sejumlah 1210 pohon. Lobang yang hendak ditanam harus digali terlebi dahulu.

Pembibitan
Dalam pembibibtan ada yang dinamakan dengan perkecambaha biji. Biji kakao harus segera dikecambahkan karena memiliki masa dormansi yang cukup singkat. Dalam perkecambahan, media yang digunakan adalah karung goni. Karung goni dibasahi dengan air beras kemudian diberi fungisida. Setelah itu benih dihamparkan dan biji dideder rapi dengan jarak 2cm x 3cm. karung goni yang yang telah dideder biji, ditutup kembali dengan karung goni lainnya. Penyiraman dilakukan setiap hari agar kondisi tetap lembab.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembibitan. Pelaku budidaya harus mengetahui sumber benih darimana didapat. Hal ini dilakukan agar pelaku budidaya mengetahui seluk-beluk benih mulai dari kualitasmaupun kuantitas benih. Pembibitan harus dilakukanpada musim kemarau, mengingat masa pertumbuhan kakao yang paling baik pada musim hujan dengan sinar yang baik mada jam11 hingga jam 1 siang, serta dilengkapi dengan tanaman naungan. Selain itu, karena factor iklim yang notabenenya kakao harus memiliki 3 bulan iklim kering curah hujan 1500mm/tahun. Tanaman kakao dibuat dalam lubang dengan jarak 60cm 60cm x 60cm. panjang 60cm, lebar 60cm, dan kedalaman 60cm.
Selain itu, ada hal lain yang harus dilakukan dalam pembibitan meliputi, persiapan bahan media pembibitan yakni tanah lapis olah, pasir, dan pupuk kandang dengan pernadingan 1:1:1. Media tersebut diayak dengan ayakan jarak 0.5cm x 0.5cm. Polibag disiapkan baik putih maupun hitam denagan ukuran 20x30cm dengan tebal 0.8cm diberi lubang sebanyak 18 lubang, diameter 1cm.pembibitan dilakuka dibawah naungan alami maupun buatan. Atap naungan dengan tingi 2meter memiliki intensitas cahaya 30-50% kedalam pembibitan. Polibag ditata rapi engan jarak 15x15 cm atau 15x30cm. benih yang sudah dkecambahkan kemudian dipindahkan ke polibagdengan syarat telah memenuhi criteria. Caranya dimasukan dalam polibag dan ditekan agar tidak mudah goyah.
Dalam pembibitan tentunya harus ada pemeliharaan. Penyiraman dilakukan setiap hari atau sesuai dengan kondisi. Pemupukan dilakukan dengan dosis 2gram/bibi/minggu. Pupuk yang digunakan yaitu urea dan ZA.hama dan penyakit yang harus dikendalikan saat pembibitan yaitu Phytoptora omnivore dan Colectriticome. Penjarangan dilakukan pada bibit apabila bibit tumpang tindih dan pertumbuhan tidak seragam. Pembukaan atap dan bedengan perlu dilakukan secara bertahap setiap 2minggu sekali sebelum bibit dipindahkan.


Kriteria Bibit Pindah Lapang dan Sisitem Sambung Klonal
Kritera bibit yang siap dipindahkan yakni umur bibi mencapai dengan tinggi 40-60cm, daun sebanyak 12 helai, diameter batang 0.7-1cm. untuk mendapatkan tanaman klonal, dilakukan penyambungan secara klonal, dimana hal yang harus dilakukan yakni menyiapkan tanaman kakao dengan umur 3-5 bulan kondisi yang sehat dan kekar. Harus ada entres yang dignakan untuk menymbung pada bagian atas. Umur entres sama dengan kakao, dimana cabang plagiotrop, sehat, dan tidak bertunas. Warna hijau kecoklatan brdiameter 1cm. cara yang dilakukan, batang bawah dipotong mendatar kemudian disisakan 3-4 daun. Untuk satu sambungan diambil 3 entres. Menyayat kedua sisi hingga runcing sperti baji. Entres disisipkan pada bagian bawah batang dan ditutup dengan plastic, serta diikat. Diamati selama 10-15 hari. Jika sambungan jadi maka dibiarkan tumbuh mencapai 2-3cm dan entres dibukatanpa melepas tali ikatan. Ali ikatan dilepas jika tunas mulai mincul selama 3 bulan. Bibit klonal siap ditanam setelah bibit berumur 7 bulan.

Persiapan Lahan Tanam Kakao
Tanaman kakao menghendaki naungan. Persiapan dilakukan pada 2 tahun sebelum tanam yang disebut dengan TTAD(Tahun Tanam Akan Datang). Yang dlakukan dalam persiapan lahan, pembukaan lahan, pembuatan teras lahan miring kurang lebih 15%. Penanaman pohon naungan, baik yang tetap maupun yang sementara. Pohon naungan tetap seperti pohon lamtoro, kelapa, petai, pinang. Sedangkan naungan sementara seperti pisang.

Penanaman Kakao
Penanaman kakao pada benih yang siap tanam dilakukan dengan cara menggali tanah. Tanah galian yang paling atas pertama diletakan sebelah timur galian, sedangkan tanah galian bawah kedua diletakan pada bagian barat. Setelah benih dimasukan dalam lobang, tanah atas sebelah timur dimasukan dahulu kemudian diikuti tanah bawah sebelah barat. Hal ini dilakukan agar akar kakao mendapat unsure hara yang lebih banyak, mengingat unsur hara terbanyak terletak pada tanah top soil yaitu tanah lapisan atas. Pupuk kandang diperlukan dalam meningkatkan kesuburan fisik tanah pada penanaman.

Penanaman tanaman kakao belum menghasilkan tahun ke-1 dilakukan pada bulan hujan seperti bulan desember. Jarak tanamnya 3x3m dengan populasi 1100pohon/Ha. Pemeliharaan pada TBM ke1,2 dan 3 dengan cara wiwilan, pengendalian gulma, hama dan penyakit, dan pemupukan. Pekerjaan khusus pada TBM ke 2 adalah pemangkasa bentuk pada musi hujan agar memiliki bentuk yang kuat dan seimbang.

Syarat Tanaman Penaung
Syarat penting dalam tanaman penaung kakao yaitu tanaman penaung harus tahan terhadap pemangkasan dalam artian tanaman kakao memiliki sifat totipotensi yaitu dapat tumbuh kembali setelah tanaman dipangkas. Karena tanaman penaung dalam budidaya kopi dan kakao tdak boleh terlalu tinggi karena dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan tanaman utama yaitu kakao. Selain itu, tanaman penaung diutamakan harus memiliki bintil agar atau disebut juga dengan tanaman legume. Fungsi dari tanaman legume sebagai penambat nitrogen bebs dari udara yang nantinya akan dimanfaatkan oleh tanaman utama.

Pameliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pemeliharaan pada tanaman panghasilan dilakukan dengan pembuangan tunas, pemangkasan, pemeliharaan dan peningkatan produksi, pemupukan, pengendalian hama penyakit. Pembuangan tunas dilakukan sebulan sekali atau tergantung laju pertumbuhan tunas. Tinggi tanaman kakao maksimal 4 m. pemangkasan dilakukan 4 kali pada bulan april, oktober, November, dan bulan lainnya.

Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk mempertahankan stabilitas dan meningkatkan produksi kakao. Pemberian pupuk ditentukan dengan analisa tanah pada setiap tahun. Pemupukan juga dapa dilakukan dengan menghitung neraca unsure hara, melakukan analisa tanah dalam menentukan dosis yang tepat. Bahan yang digunakan sebagai pupuk, diantaranya, Unsur N: Urea dan ZA, Unsur P: SP36 dan Rock Phosphate, Kalium: KCL, dan Mg: Dolomite dan kesrite. Pemupukan pda tanaman kakao dilaukukan 2x/tahun pada bulan oktober-november (awal musim Hujan) dan maret-april. Aplikasi pupuk dengan cara lingkar tajuk, dimana pohon kakao dibersihkan dari gulam, dibuat parit, dilibang dengan kedalaman 10cm secara keliling.jarak dari pohon kakao sekitar 1-2 meter. Setelah pupuk dimasukan, kemudian ditututp tanah agar tidak terjadi penguapan.

Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang terjadi biasanya hama penggerek buak kakao (PPBK) yang sangat merugikan. Gejala serangannya dengan menyerang buah muda dalam tingkat stadium penyerangan larva. Serangan dilakukan pada daging buah saja, tidak pada biji. Karakteristik buah yang diserang warnannya pudar, timbul belang, hijau, kuning, atau merah jingga. Jika buah digoncang maka tidak terdengan bunyi dalamnya. Penaggulangan dapat dilakukan dengan dengan aplikasi bahan kimia yakni dengan pemberian Insektisida pada poho kakao itu sendiri. Dengan cara hayati, kakao dapat ditanggulangi dengan mendatangkan semut, atau membuang buah kakao yang terserang dengan mengubur. Selain hama penggerek, ada hama lain yang dapat menurunkan produktivitas kakao yakni busuk buah dan bercak daun

Pemanenan
Buah cokelat bisa dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, cokelat memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah matang icirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Ketelatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam.

Processing Benih
Prosessing benih kakao dilakukan dengan memilih buah kakao yang cukup masak, kemudian dipecah dan dikeluarkan bijinya. Biji yang dikupas diberi perlakuan kapur agar tidak licin sehingga memudahkan dalam pengupasan. Setelah dikupas biji kakao dianginkan hingga kering dan diberi fungisida untuk mencegah timbulnya jamur simpan dan penyakit-penyakit lainnya. Benih yang sudah diberi perlakauan, dimasukan kedalam plastic kemudian disusun dalam kardus yang berisi sekam. Masa dormansi benih kakao selama 7 hari dam daya tumbuhnya sekitar 80%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar